Jack si Pemalas


Pengarang : Flora Annie Steel

Pada suatu masa, hiduplah seorang anak laki-laki yang bernama Jack dan hidup bersama dengan ibunya. Mereka sangatlah miskin dan ibunya yang sudah tua itu menghidupi mereka dengan berkerja sebagai penenun, tetapi Jack sendiri adalah anak yang sangat malas dan tidak pernah mau melakukan apapun selain berjemur di matahari pada hari yang panas, dan duduk di sudut rumah saat musim dingin. Sehingga dia dipanggil Jack si Pemalas. Ibunya sendiri tidak pernah dapat membuat Jack melakukan sesuatu untuknya, dan akhirnya suatu hari da berkata kepada Jack, bahwa apabila dia tidak mulai bekerja dan menghidupi dirinya sendiri, ibunya itu tidak akan memperdulikan dia lagi.

Hal ini merisaukan Jack, dan dia lalu keluar rumah mencari pekerjaan pada hari berikutnya di tetangganya yang petani dan berhasil mendapatkan satu penny (mata uang Inggris); tetapi karena selama ini dia tidak pernah pulang kerumah sambil memegang uang, dia kehilangan uangnya ketika melewati sebuah sungai.

“Anak bodoh,” kata ibunya, “kamu seharusnya menaruh uangmu di kantong.”

“Saya akan melakukannya lain kali,” kata Jack si Pemalas.

Hari berikutnya, Jack kembali keluar untuk bekerja pada seorang pembuat roti yang tidak memberinya apa-apa kecuali seekor kucing yang besar. Jack lalu mengambil kucing tersebut, dan membawanya dengan hati-hati di tangannya, tetapi kucing tersebut mencakar tangannya sehingga dia harus melepaskan kucing tersebut yang kemudian lari menghilang.

Ketika dia pulang kerumah, ibunya berkata kepadanya, “Kamu anak yang bodoh, seharusnya kamu mengikatnya dengan tali dan menariknya untuk mengikutimu.”

“Saya akan melakukannya lain kali,” kata Jack.

Pada hari berikutnya, Jack keluar dan bekerja pada seorang penjagal, yang memberikan dia hadiah berupa daging domba yang besar. Jack mengambil daging domba tersebut, mengikatnya dengan tali, dan menyeretnya di tanah sepanjang jalan, sehingga ketika dia tiba dirumah, daging domba tersebut telah rusak sama sekali. Ibunya kali ini tidak berkata apa apa kepadanya, dan pada hari minggu, ibunya mengharuskan dia membawa pulang kubis untuk dimasak nanti.

“Kamu harus membawanya pulang dan memanggulnya di pundakmu.”

“Saya akan melakukannya di lain waktu,” kata Jack.

Jack dan KeledaiPada hari senin, Jack si Pemalas bekerja pada seorang penjaga ternak, yang memberikan dia seekor keledai sebagai upahnya.Walaupun Jack sangat kuat, dia masih merasa kewalahan untuk menggendong keledai itu di pundaknya, tetapi akhirnya dia memanggul keledai tersebut di pundaknya dan berjalan pelan ke rumah membawa hadiahnya. Di tengah perjalanan dia berjalan di depan sebuah rumah dimana rumah tersebut di huni oleh orang kaya dengan seorang anak gadis satu-satunya, seorang gadis yang sangat cantik, yang tuli dan bisu. Dan gadis tersebut tidak pernah tertawa selama hidupnya. Dokter pernah berkata bahwa gadis itu tidak akan pernah bisa berbicara sampai seseorang bisa membuatnya tertawa. Ayahnya yang merasa sedih itu berjanji bahwa dia akan menikahkan anak gadisnya dengan laki-laki yang bisa membuat anak gadisnya tertawa. Disaat itu juga sang gadis kebetulan melihat keluar jendela pada saat Jack lewat di depan rumahnya sambil menggendong keledai di bahunya; dimana keledai tersebut menendang-nendangkan kakinya ke udara secara liar dan meringkik-ringkik dengan keras. Pemandangan itu begitu lucu sehingga sang putri tertawa tergelak-gelak dan saat itu juga memperoleh kemampuannya untuk mendengar dan berbicara. Ayahnya yang begitu bahagia melihat anaknya telah dapat berbicara dan mendengar, memenuhi janjinya dengan menikahkan anak gadisnya itu dengan Jack si Pemalas, yang kemudian menjadi orang yang kaya juga. Mereka kemudian tinggal bersama-sama di sebuah rumah yang besar dengan ibu Jack dan hidup berbahagia hingga akhir hayat mereka.

Hercules dan Pembawa Gerobak


Pengarang : Aesop

Seorang petani sedang mengemudikan gerobaknya di pinggir jalan yang berlumpur setelah hujan keras. Saat itu kuda-kudanya mengalami kesulitan untuk menyeret gerobak yang penuh muatan melalui lumpur yang dalam, dan akhirnya gerobak itu berhenti secara tiba-tiba ketika salah satu rodanya terperosok kedalam lumpur.

Petani itu kemudian turun dari tempat duduknya dan berdiri disamping gerobak itu sambil memandang gerobaknya, tetapi tidak ada upaya dan usaha yang dilakukan oleh petani yang membawa gerobak tersebut untuk mengeluarkan roda itu dari dalam lumpur. Dia hanya mengutuk dirinya sendiri akan nasib malang yang menimpanya, lalu dia berteriak-teriak memanggil Hercules dengan suara keras untuk datang membantu dan menolongnya, saat itulah Hercules muncul, dan berkata: “Letakkan pundakmu di roda itu dan perintahkan kudamu untuk menariknya. Apakah kamu pikir kamu akan dapat memindahkan gerobak itu hanya dengan memandangnya dan mencercanya? Saya tidak akan menolongmu kecuali kamu melakukan usaha untuk menolong dirimu sendiri.”

Dan ketika petani itu menaruh pundaknya pada roda itu dan memerintahkan kudanya untuk menariknya, gerobak itu bergerak dengan sangat cepat dan akhirnya bisa keluar dari lumpur, dan dengan segera petani itu kembali mengendarai gerobaknya dengan hati yang senang karena mendapatkan satu pelajaran.

Pesan Moral :

Membantu diri sendiri adalah bantuan yang sangat berharga.

Tuhan akan menolong hamba-Nya yang menolong dirinya sendiri.

Grethel yang cerdik


Brothers Grimm

Grethel memanggang ayam Dahulu kala ada seorang tukang masak yang bernama Grethel yang suka memakai sepatu bertumit merah, yang ketika keluar rumah selalu merasa bebas dan memiliki perasaan yang sangat baik. Ketika dia kembali ke rumah lagi, dia selalu meminum segelas anggur untuk menyegarkan diri, dan ketika minuman anggur tersebut memberi nafsu makan kepadanya, dia akan memakan makanan yang terbaik dari apapun yang dimasaknya hingga dia merasa cukup kenyang. Untuk itu dia selalu berkata “Seorang tukang masak harus tahu mencicipi apapun”. Suatu hari tuannya berkata kepadanya “Grethel, saya menunggu kedatangan tamu pada malam ini, kamu harus menyiapkan sepasang masakan ayam”. “Tentu saja tuan” jawab Grethel. Lalu dia memotong ayam, membersihkannya dan kemudian mencabuti bulunya, lalu ketika menjelang malam, dia memanggang ayam tersebut di api hingga matang. Ketika ayam tersebut mulai berwarna coklat dan hampir selesai dipanggang, tamu tersebut belum juga datang. “Jika tamu tersebut tidak datang cepat” kata Grethel kepada tuannya, “Saya harus mengeluarkan ayam tersebut dari api, sayang sekali apabila kita tidak memakannya sekarang justru pada saat ayam tersebut hampir siap.” Dan tuannya berkata dia sendiri akan berlari mengundang tamunya. Saat tuannya mulai membalikkan badannya, Grethel mengambil ayam tersebut dari api. “Berdiri begitu lama dekat api,” kata Grethel, “membuat kita menjadi panas dan kehausan, dan siapa yang tahu apabila mereka akan datang atau tidak! sementara ini saya akan turun ke ruang penyimpanan dan mengambil segelas minuman.” Jadi dia lari kebawah, mengambil sebuah mug, dan berkata, “Ini dia!” dengan satu tegukan besar. “Satu minuman yang baik sepantasnya tidak disia-siakan,” dia berkata lagi “dan tidak seharusnya berakhir dengan cepat,” jadi dia mengambil tegukan yang besar kembali. Kemudian dia pergi keatas dan menaruh ayam tadi di panggangan api kembali, mengolesinya dengan mentega. Sekarang begitu mencium bau yang sangat sedap, Grethel berkata, “Saya harus tahu apakah rasanya memang seenak baunya,” Dia mulai menjilati jarinya dan berkata lagi sendiri, “Ya.. ayam ini sangat sedap, sayang sekali bila tidak ada orang disini yang memakannya!” Jadi dia menengok keluar jendela untuk melihat apakah tuan dan tamunya sudah datang, tapi dia tidak melihat siapapun yang datang jadi dia kembali ke ayam tersebut. “Aduh, satu sayapnya mulai hangus!” dan berkata lagi, “Sebaiknya bagian itu saya makan.” Jadia dia memotong sayap ayam panggang tersebut dan mulai memakannya, rasanya memang enak, kemudian dia berpikir, “Saya sebaiknya memotong sayap yang satunya lagi, agar tuanku tidak akan menyadari bahwa ayam panggang tersebut kehilangan sayap disebelah.” Dan ketika kedua sayap telah dimakan, dia kembali melihat keluar jendela untuk mencari tuannya, tetapi masih belum juga ada yang datang. “Siapa yang tahu, apakah mereka akan datang atau tidak? mungkin mereka bermalam di penginapan.”Setelah berpikir sejenak, dia berkata lagi “Saya harus membuat diri saya senang, dan pertama kali saya harus minum minuman yang enak dan kemudian makan makanan yang lezat, semua hal ini tidak bisa disia-siakan.” Jadia dia lari ke ruang penyimpanan dan mengambil minuman yang sangat besar, dan mulai memakan ayam tersebut dengan rasa kenikmatan yang besar. Ketika semua sudah selesai, dan tuannya masih belum datang, mata Grethel mengarah ke ayam yang satunya lagi, dan berkata, “Apa yang didapat oleh ayam yang satu, harus didapat pula oleh ayam yang lain, sungguh tidak adil apabila mereka tidak mendapat perlakuan yang sama; mungkin sambil minum saya bisa menyelesaikan ayam yang satunya lagi.” Jadi dia meneguk minumannya kembali dan mulai memakan ayam yang satunya lagi. Tepat ketika dia sedang makan, dia mendengar tuannya datang. “Cepat Grethel,” tuannya berteriak dari luar, “tamu tersebut sudah datang!” “Baik tuan,” dia menjawab, “makanan tersebut sudah siap.” Tuannya pergi ke meja makan dan mengambil pisau pemotong yang sudah disiapkan untuk memotong ayam dan mulai menajamkannya. Saat itu, tamu tersebut datang dan mengetuk pintu dengan halus. Grethel berlari keluar untuk melihat siapa yang datang, dan ketika dia berpapasan dengan tamu tersebut, dia meletakkan jarinya di bibir dan berkata, “Hush! cepat lari dari sini, jika tuan saya menangkapmu, ini akan membawa akibat yang buruk untuk kamu; dia mengundangmu untuk makan, tetapi sebenarnya dia ingin memotong telingamu! Coba dengar, dia sedang mengasah pisaunya!” Tamu tersebut, mendengarkan suara pisau yang diasah, berbalik pergi secepatnya. Dan Grethel berteriak ke tuannya, “Tamu tersebut telah pergi membawa sesuatu dari rumah ini!”. “Apa yang terjadi, Grethel? apa maksud mu?” dia bertanya. “Dia telah pergi dan membawa lari dua buah ayam yang telah saya siapkan tadi.” Tuan dari Grethel mengejar tamunya “Itu adalah sifat yang buruk!” kata tuannya, dia merasa sayang pada ayam panggang tersebut; “dia mungkin mau menyisakan satu untuk saya makan.” Dan dia memanggil tamunya dan menyuruhnya untuk berhenti, tetapi tamu tersebut seolah-olah tidak mendengarnya; kemudian tuannya tersebut mulai berlari mengejar tamunya dengan pisau masih ditangan dan berteriak,”hanya satu! hanya satu!” dia bermaksud agar tamu tersebut setidak-tidaknya memberikan dia satu ayam panggang dan tidak membawa kedua-duanya, tetapi tamu tersebut mengira bahwa dia menginginkan satu telinganya, jadi dia berlari semakin kencang menuju kerumahnya sendiri.

Enam Serdadu


Brothers Grimm

Putri raja dan si Pelari yang tertidur

Pada suatu masa ada seorang pria yang hebat, dia telah membaktikan diri pada negara dalam perang, dan mempunyai keberanian yang luar biasa, tetapi pada akhirnya dia dipecat tanpa alasan apapun dan hanya memiliki 3 keping uang logam sebagai hartanya.

“Saya tidak akan diam saja melihat hal ini,” katanya; “tunggu hingga saya menemukan orang yang tepat untuk membantu saya, dan raja harus memberikan semua harta dari negaranya sebelum masalah saya dengan dia selesai.”

Kemudian, dengan penuh kemarahan, dia masuk ke dalam hutan, dan melihat satu orang berdiri disana mencabuti enam buah pohon seolah-olah pohon itu adalah tangkai-tangkai jagung. Dan dia berkata kepada orang itu,

“Maukah kamu menjadi orangku, dan ikut dengan saya?”

“Baiklah,” jawab orang itu; “Saya harus membawa pulang sedikit kayu-kayu ini terlebih kerumah ayah dan ibuku.” Dan mengambil satu persatu pohon tersebut, dan menggabungkannya dengan 5 pohon yang lain dan memanggulnya di pundak, dia lalu berangkat pergi; segera setelah dia datang kembali, dia lalu ikut bersama dengan pimpinannya, yang berkata,

“Berdua kita bisa menghadapi seluruh dunia.”

Dan tidak lama mereka berjalan, mereka bertemu dengan satu orang pemburu yang berlutut pada satu kaki dan dengan hati-hati membidikkan senapannya.

“Pemburu,” kata si pemimpin, “apa yang kamu bidik?”

“Dua mil dari sini,” jawabnya, “ada seekor lalat yang hinggap pada pohon Oak, Saya bermaksud untuk menembak mata kiri dari lalat tersebut.”

“Oh, ikutlah dengan saya,” kata si Pemimpin, “Bertiga kita bisa menghadapi seluruh dunia”

Pemburu tersebut sangat ingin ikut dengannya, jadi mereka semua berangkat bersama hingga mereka menemukan tujuh kincir angin, yang baling-baling layarnya berputar dengan kencang, walaupun disana tidak ada angin yang bertiup dari arah manapun, dan tak ada daun-daun yang bergerak.

“Wah,” kata si Pemimpin, “Saya tidak bisa berpikir apa yang menggerakkan kincir angin, berputar tanpa angin;” dan ketika mereka berjalan sekitar dua mil ke depan, mereka bertemu dengan seseorang yang duduk diatas sebuah pohon, sedang menutup satu lubang hidungnya dan meniupkan napasnya melalui lubang hidung yang satu.

“Sekarang,” kata si Pemimpin, “Apa yang kamu lakukan diatas sana?”

“Dua mil dari sini,” jawab orang itu, “disana ada tujuh kincir angin; saya meniupnya hingga mereka dapat berputar.”

“Oh, ikutlah dengan saya,” bujuk si Pemimpin, “Berempat kita bisa menghadapi seluruh dunia.”

Jadi si Peniup turun dan berangkat bersama mereka, dan setelah beberapa saat, mereka bertemu dengan seseorang yang berdiri diatas satu kaki, dan kaki yang satunya yang dilepas, tergeletak tidak jauh darinya.

“Kamu terlihat mempunyai cara yang unik saat beristirahat,” kata si Pemimpin kepada orang itu.

“Saya adalah seorang pelari,” jawabnya, “dan untuk menjaga agar saya tidak bergerak terlalu cepat Saya telah melepas sebuah kaki saya, Jika saya menggunakan kedua kaki saya, Saya akan jauh lebih cepat dari pada burung yang terbang.”

“Oh, ikutlah dengan saya,” kata si Pemimpin, “Berlima kita bisa menghadapi seluruh dunia.”

Jadi mereka akhirnya berangkat bersama, dan tidak lama setelahnya, mereka bertemu dengan seseorang yang memakai satu topi kecil, dan dia memakainya hanya tepat diatas satu telinganya saja.

“Bersikaplah yang benar! bersikaplah yang benar!” kata si Pemimpin; “dengan topi seperti itu, kamu kelihatan seperti orang bodoh.”

“Saya tidak berani memakai topi ini dengan lurus,” jawabnya lagi, “Jika saya memakainya dengan lurus, akan terjadi badai salju dan semua burung yang terbang akan membeku dan jatuh mati dari langit ke tanah.”

Oh, ikutlah dengan saya,” kata si Pemimpin; “Berenam kita bisa menghadapi seluruh dunia.”

Jadi orang yang keenam ikut berangkat bersama hingga mereka mencapai kota dimana raja yang menyebabkan penderitaannya akan memulai pertandingan dimana siapapun yang jadi pemenang akan dinikahkan dengan putrinya, tetapi siapapun yang kalah akan dibunuh sebagai hukumannya. Lalu si Pemimpin maju kedepan dan berkata bahwa satu dari orangnya akan mewakili dirinya dalam pertandingan tersebut.

“Kalau begitu,” kata raja, “hidupnya harus dipertaruhkan, dan jika dia gagal, dia dan kamu harus dihukum mati.”

Ketika si Pemimpin telah setuju, dia memanggil si Pelari, dan memasangkan kakinya yang kedua pada si Pelari.

“Sekarang, lihat baik-baik,” katanya, “dan berjuanglah agar kita menang.”

Telah disepakati bahwa siapapun yang paling pertama bisa membawa pulang air dari anak sungai yang jauh dan telah ditentukan itu akan dianggap sebagai pemenang. Sekarang putri raja dan si Pelari masing-masing mengambil kendi air, dan mereka mulai berlari pada saat yang sama; tetapi dalam sekejap, ketika putri raja tersebut berlari agak jauh, si Pelari sudah hilang dari pandangan karena dia berlari secepat angin. Dalam sekejap dia telah mencapai anak sungai, mengisi kendinya dengan air dan berlari pulang kembali. Ditengah perjalanan pulang, dia mulai merasa kelelahan, dan berhenti, menaruh kendinya dilantai dan berbaring di tanah untuk tidur. Agar dapat terbangun secepatnya dan tidak tertidur pulas, dia mengambil sebuah tulang tengkorak kuda yang tergeletak didekatnya dan menggunakannya sebagai bantal. Sementara itu, putri raja, yang sebenarnya juga pelari yang baik dan cukup baik untuk mengalahkan orang biasa, telah mencapai anak sungai juga, mengisi kendinya dengan air, dan mempercepat larinya pulang kembali, saat itu dia melihat si Pelari yang telah tertidur di tengah jalan.

“Hari ini adalah milik saya,” dia berkata dengan gembira, dan dia mengosongkan dan membuang air dari kendi si Pelari dan berlari pulang. Sekarang hampir semuanya telah hilang tetapi si Pemburu yang juga berdiri di atas dinding kastil, dengan matanya yang tajam dapat melihat semua yang terjadi.

“Kita tidak boleh kalah dari putri raja,” katanya, dan dia mengisi senapannya, mulai membidik dengan teliti dan menembak tengkorak kuda yang dijadikan bantal dibawah kepala si Pelari tanpa melukai si Pelari. Si Pelari terbangun dan meloncat berdiri, dan melihat banya kendinya telah kosong dan putri raja sudah jauh berlari pulang ke tempat pertandingan dimulai. Tanpa kehilangan keberaniannya, dia berlari kembali ke anak sungai, mengisi kendinya kembali dengan air, dan untuk itu, dia berhasil lari pulang kembali 10 menit sebelum putri raja tiba.

“Lihat,” katanya; “ini adalah pertama kalinya saya benar-benar menggunakan kaki saya untuk berlari”

Raja menjadi jengkel, dan putrinya lebih jengkel lagi, karena dia telah dikalahkan oleh serdadu biasa yang telah dipecat; adn mereka berdua sepakat untuk menyingkirkan serdadu beserta pengikutnya bersama-sama.

“Saya punya rencana,” jawab sang Raja; “jangan takut tetapi kita harus mendiamkan mereka selama-lamanya.” Kemudian mereka menemui serdadu dan pengikutnya, mengundang mereka untuk makan dan minum; dan sang Raja memimpin mereka menuju ke sebuah ruangan, yang lantainya terbuat dari besi, pintunya juga terbuat dari besi, dan di jendelanya terdapat rangka-rangka besi; dalam ruangan itu ada sebuah meja yang penuh dengan makanan.

“Sekarang, masuklah kedalam dan buatlah dirimu senyaman mungkin,” kata sang Raja.

Ketika serdadu dan pengikutnya semua masuk, dia mengunci pintu tersebut dari luar. Dia kemudian memanggil tukang masak, dan menyuruhnya untuk membuat api yang sangat besar dibawah ruangan tersebut hingga lantai besi menjadi sangat panas. Dan tukang masak tersebut melakukan apa yang diperintahkan oleh Raja, dan keenam orang didalamnya mulai merasakan ruangan menjadi panas, tapi berpikir bahwa itu karena makanan yang mereka makan, seiring dengan suhu ruangan yang bertambah panas, mreka menyadari bahwa pintu dan jendela telah dikunci rapat, mereka menyadari rencana jahat sang raja untuk membunuh mereka.

“Bagaimanapun juga, dia tidak akan pernah berhasil,” kata laki-laki dengan topi kecil; “Saya akan membawa badai salju yang akan membuat api merasa malu pada dirinya sendiri dan merangkak pergi.”

Dia lalu memasang topinya lurus diatas kepala, dan secepat itu badai salju datang dan membuat semua udara panas menjadi hilang dan makanan menjadi beku diatas meja. Setelah satu atau dua jam berlalu, Raya menyangka bahwa mereka telah terbunuh karena panas, dan menyuruh untuk membuka kembali pintu ruangan tersebut, dan masuk kedalam untuk melihat keadaan mereka. Ketika pintu terbuka lebar, mereka berenam ternyata selamat dan terlihat mereka telah siap untuk keluar untuk menghangatkan diri karena ruangan tersebut terlalu dingin dan menyebabkan makanan di meja menjadi beku. Dengan penuh kemarahan, raja mendatangi tukang masak, mencaci dan menanyakan mengapa tukang masak itu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan.

“Ruangan tersebut cukup panas; kamu mungkin bisa melihatnya sendiri,” kata tukang masak. Sang Raja melihat kebawah ruangan besi tersebut dan melihat api yang berkobar-kobar di bawahnya, dan mulai berpikir bahwa keenam orang itu tidak dapat disingkirkan dengan cara itu. Dia mulai memikirkan rencana baru, jadi dia memanggil serdadu yang menjadi pemimpin tersebut dan berkata kepadanya,

“Jika kamu tidak ingin menikahi putri saya dan memilih harta berupa emas, kamu boleh mengambilnya sebanyak yang kamu mau.”

“Baiklah, tuanku Raja,” jawab si Pemimpin; “biarkan saya mengambil emas sebanyak yang dapat dibawa oleh pengikutku, dan saya tidak akan menikahi putrimu.” Raja setuju bahwa si Pemimpin akan datang dalam dua minggu untuk mengambil emas yang dijanjikan. Si Pemimpin memanggil semua penjahit yang ada di kerajaan tersebut dan menyuruh mereka untuk membuat karung yang sangat besar dalam dua minggu. Dan ketika karung itu telah siap, orang kuat (yang dijumpai mencabut dan mengikat pohon) memanggul karung tersebut di pundaknya dan menghadap sang Raja.

“Siapa orang yang membawa buntalan sebesar rumah di pundaknya ini?” teriak sang Raja, ketakutan karena memikirkan banyaknya emas yang bisa dibawa pergi. Dan satu ton emas yang biasanya diseret oleh 16 orang kuat, hanya di panggulnya di pundak dengan satu tangan.

“Mengapa tidak kamu bawa lebih banyak lagi? emas ini hanya menutupi dasar dari kantung ini!” Jadi raja menyuruh untuk mengisinya perlahan-lahan dengan seluruh kekayaannya, dan walaupun begitu, kantung tersebut belum terisi setengah penuh.

“Bawa lebih banyak lagi!” teriak si Kuat; “harta-harta ini belum berarti apa-apa!” Kemudian akhirnya 7000 kereta yang dimuati dengan emas yang dikumpulkan dari seluruh kerajaan berakhir masuk dalam karungnya.

“Kelihatannya belum terlalu penuh,” katanya, “tetapi saya akan membawa apa yang bisa saya bawa.” walaupun dalam karung tersebut masih tersedia ruangan yang kosong.

“Saya harus mengakhirinya sekarang,” katanya; “Jika tidak penuh, sepertinya lebih mudah untuk mengikatnya.” Dan orang kuat itu lalu menaikkan karung tersebut dipunggungnya dan berangkat pergi bersama dengan teman-temannya.

Si Peniup meniup pasukan yang mengejar mereka. Ketika sang Raja melihat semua kekayaan dari kerajaanya dibawa oleh hanya satu orang, dia merasa sangat marah, dan dia memerintahkan pasukannya untuk mengejar keenam orang itu dan merampas kembali karung itu dari si Kuat.

Dua pasukan kuda segera dapat mengejar mereka, memerintahkan keenam orang itu untuk menyerah dan menjadi tawanan, dan mengembalikan kembali karung harta itu atau dibunuh.

“Menjadi tawanan, katamu?” kata orang yang bisa meniup, “mungkin kalian perlu menari-nari di udara bersama-sama,” dan menutup satu lubang hidungnya, dan meniupkan napas melalui lubang yang satunya, pasukan tersebut beterbangan melewati atas gunung. Tetapi komandan yang memiliki sembilan luka dan merupakan orang yang pemberani, memohon agar mereka tidak dipermalukan. Si Peniup kemudian menurunkannya perlahan-lahan dan memerintahkan agar mereka melaporkan ke sang Raja bahwa pasukan apapun yang dikirim kan untuk mengejar mereka, akan mengalami nasib yang sama dengan pasukan ini. Dan ketika sang Raja mendapat pesan tersebut, berkata,

“Biarkanlah mereka; mereka mempunyai hak atas harta itu.” Jadi keenam orang itu membawa pulang harta mereka, membagi-bagikannya dan hidup senang sampai akhir hayat mereka.

Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang


Aesop

Dua pengembara dan seekor beruang

Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.

Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.

Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.

Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.

Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.

“Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu,” katanya. “Apa yang di katakan oleh beruang itu”

“Beruang itu berkata,” kata pengembara yang berbaring tadi, “Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya.”

Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.

Dua Ekor Kambing


Aesop

Dua ekor kambingDua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya.

Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.

Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.

Cerita Gunung


Aesop

Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba tiba, anaknya terjatuh, Dia terluka dan berteriak : “AAAhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!.” Tetapi Ia sangat kaget mendengar ada suara pantulan dari gunung sebelah.”AAhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!.” Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : “Siapa kamu?” Diapun menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?” dan kemudian dia berteriak ke gunung itu: “Saya mengagumimu!” dan suara itupun kembali : “Saya mengagumimu!.” Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : “Penakut” Dia masih menerima jawaban yang sama, “Penakut!.” Dia menatap ayahnya dan bertanya : “Apa yang sedang terjadi?” Ayahnya sembari tersenyum dan berkata : “Sayang, perhatikan.” Kembali ayah akan berteriak : “Kamu Juara.” Diapun menerima jawaban yang sama : “Kamu Juara.” Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah sesungguhnya hidup. Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat. Jika kamu ingin lebih banyak cinta dalam dunia, maka ciptakanlah Cinta dalam Hatimu. Jika Kamu ingin lebih berkemanpuan dalam timmu, maka tingkatkanlah kemampuanmu “Hidup akan memberikan kembali kepadamu, apa yang telah kamu berikan kepadanya. Dalam segala hal.”

Burung Gagak dan Sebuah Kendi


Aesop

Burung gagak dan sebuah kendiPada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.

Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.

Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.

Burung Elang dan Burung Gagak


Aesop

Seekor burung Elang, dengan kekuatan sayapnya menyambar seekor anak domba dengan kukunya dan membawanya pergi jauh ke angkasa, seekor burung gagak melihat kejadian itu, dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan bahwa dia mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan burung elang tersebut. Dan dengan membuka sayapnya lebar-lebar kemudian terbang di udara dengan galaknya, dia meluncur kebawah dan dengan cepat menghamtam bagian punggung seekor domba, tetapi ketika dia mencoba untuk terbang kembali dia baru sadar kalau dia tidak bisa mengangkat domba tersebut dan dia tidak dapat terbang lagi karena kukunya telah terjerat pada bulu domba, walaupun dia mencoba untuk melepaskan dirinya, jeratan itu terlalu sulit untuk dilepaskan sehingga dia merasa putus ada dan tetap tinggal di atas punggung domba tersebut.

Seorang pengembala yang melihat burung gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya berusaha melepaskan diri, pengembala itu menyadari apa yang telah terjadi, pengembala itupun berlari dan segera menangkap burung itu dan mengikat dan mengurung burung gagak tersebut, setelah menjelang sore dia memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya di rumah untuk bermain.

“Betapa lucunya burung ini!” mereka sambil tertawa, “ini disebut burung apa ayah?”

“itu burung gagak, anakku. Tetapi jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab dia adalah dia seekor burung elang.”

Jangan biarkan kesombonganmu membuat kamu lupa diri akan kemampuanmu

Ayam Yang Berkelahi dan Burung Elang


Aesop

Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.

Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.

Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.

Rasa sombong menyebabkan kejatuhan

Previous Older Entries

Quality advertising. Big traffic. Increase sales. Promote your website. Advertise your product to shoppers.